Dua Tangan Alloh Menurut Ibnu Taimiyyah
Madz-hab Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah: Alloh memiliki dua Yad
(Tangan) yang terentang dengan pemberian dan ni’mat, dan keduanya termasuk
sifat dzatiyyah yang ditetapkan bagi-Nya secara hakiki dengan cara yang
layak bagi-Nya.
Telah ada dalil atas penetapan keduanya dari Al-Kitab dan Sunnah.
Di antara dalil Al-Kitab adalah firman Alloh:
مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا
خَلَقْتُ بِيَدَيَّ
“Apa yang menghalangimu untuk sujud kepada apa yang Aku ciptakan dengan
kedua Tangan-Ku.” (QS. Shod: 75)
Di antara dalil Sunnah adalah sabda Nabi ﷺ: “Tangan Alloh penuh, tidak akan berkurang oleh nafkah,
mengalir siang dan malam. Tidakkah kalian lihat apa yang Dia nafkahkan sejak
Dia menciptakan langit dan bumi? Sungguh ia tidak mengurangi apa yang ada di
Tangan Kanan-Nya.” (HR. Al-Bukhori no. 4684 dan Muslim no. 993)
Ahlus Sunnah telah bersepakat bahwa keduanya adalah dua tangan yang
hakiki yang tidak serupa dengan tangan makhluk.
Tidak benar menyelewengkan maknanya menjadi kekuatan (quwwah),
atau ni’mat (ni’mah), atau yang sejenisnya, karena beberapa sisi:
1) Bahwa itu adalah pemalingan perkataan dari hakikatnya kepada majaznya
tanpa dalil.
2) Bahwa makna itu ditolak oleh bahasa dalam konteks seperti yang
disandarkan kepada Alloh.
Sungguh Alloh berfirman: لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ
(kepada apa yang Aku ciptakan dengan kedua Tangan-Ku) [QS. Shod: 75]. Dan tidak
benar maknanya: kepada apa yang Aku ciptakan dengan dua ni’mat-Ku atau dua
kekuatan-Ku.
3) Penyandaran tangan (yad) kepada Alloh datang dalam bentuk tatsniyah
(dua), dan penyandaran ni’mat dan kekuatan kepada Alloh tidak pernah datang
dalam Al-Kitab, Sunnah, atau di satu tempat pun dalam bentuk tatsniyah.
Maka, bagaimana ini ditafsirkan dengan itu?!
4) Jika yang dimaksud dengan keduanya adalah kekuatan, niscaya boleh
dikatakan: Sungguh Alloh menciptakan Iblis dengan Tangan-Nya, dan yang
sejenisnya. Dan ini mustahil.
Seandainya dibolehkan, niscaya Iblis akan berhujjah dengannya kepada
Robb-nya ketika Dia berfirman kepadanya: مَا مَنَعَكَ أَنْ
تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ (Apa yang menghalangimu untuk sujud kepada
apa yang Aku ciptakan dengan kedua Tangan-Ku?) [QS. Shod: 75].
5) Yad (tangan) yang Alloh sandarkan kepada diri-Nya datang dalam
bentuk-bentuk yang mencegah bahwa yang dimaksud dengannya adalah ni’mat atau
kekuatan.
Maka ia datang dalam lafazh Yad (tangan) dan Kaff (telapak tangan).
Dan datang penetapan jari-jari (ashobi’), menggenggam (qobdh),
dan mengguncang (hazz) bagi Alloh, seperti sabda Nabi ﷺ: “Alloh menggenggam langit-langit dengan Tangan-Nya, dan bumi
dengan Tangan yang lain, kemudian Dia mengguncangnya dan berfirman: ‘Aku-lah
Raja’” (HR. Al-Bukhori no. 4812 dan Muslim no. 2787)
Bentuk-bentuk ini mencegah bahwa yang dimaksud dengan keduanya adalah ni’mat
atau kekuatan.