Penjelasan Kebenaran Madz-hab Salaf dan Kebathilan Pendapat yang Mengutamakan Madz-hab Kholaf dalam Ilmu dan Hikmah atas Madz-hab Salaf - Ibnu Taimiyyah
Telah
disebutkan sebelumnya tentang metode Salaf dan dalil atas wajibnya mengambil
metode tersebut. Adapun di sini, kami ingin membuktikan bahwa madz-hab Salaf
adalah madz-hab yang benar.
Hal ini
dari dua sisi:
Sisi
Pertama: Didukung Wahyu
Madz-hab
Salaf didukung oleh Al-Kitab dan Sunnah.
Sungguh
siapa pun yang meneliti metode mereka dengan ilmu dan keadilan, pasti akan
mendapatinya sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Kitab dan Sunnah, baik secara
umum maupun rinci.
Sungguh
Alloh menurunkan Al-Kitab agar manusia mentadabburi ayat-ayatnya,
mengamalkannya jika itu adalah hukum, dan membenarkannya jika itu adalah
berita.
Tidak
diragukan bahwa orang yang paling dekat untuk memahaminya, membenarkannya, dan
mengamalkannya adalah kaum Salaf.
Karena
Al-Qur’an turun dengan bahasa mereka dan di zaman mereka. Maka, tidak salah
jika mereka menjadi orang yang paling mengetahui dalam hal fikihnya, dan paling
lurus dalam pengamalannya.
Sisi
Kedua: Ilmu Salaf Lebih Selamat
Kebenaran
dalam bab ini hanya ada pada salah satu dari dua pendapat: pada perkataan
Salaf, atau pada perkataan Kholaf (orang-orang setelah Salaf).
Pendapat
yang kedua bathil; karena konsekuensinya adalah bahwa Alloh, Rosul-Nya, dan
orang-orang terdahulu yang pertama-tama masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan
Anshor, telah berbicara dengan kebathilan, baik secara terang-terangan maupun
secara zhohir, dan tidak pernah berbicara satu kali pun dengan kebenaran
yang wajib diyakini, baik secara terang-terangan maupun secara zhohir.
Sehingga
keberadaan Al-Kitab dan Sunnah menjadi kerugian murni dalam dasar agama, dan
meninggalkan manusia tanpa Al-Kitab dan Sunnah akan lebih baik dan lebih lurus
bagi mereka!
Ini jelas
bathil.
Meskipun
demikian, sebagian orang yang bodoh mengatakan: “Metode Salaf lebih selamat,
dan metode Kholaf lebih berilmu dan lebih bijaksana.”
Asal mula
perkataan ini adalah dua hal:
1.
Keyakinan orang yang mengatakannya –karena syubhat-syubhat rusak yang ada
padanya– bahwa Alloh pada hakikatnya tidak memiliki sifat sebenarnya yang
ditunjukkan oleh nash-nash tersebut.
2.
Keyakinan orang yang mengatakannya bahwa metode Salaf hanyalah mengimani
lafazh-lafazh nash sifat tanpa menetapkan makna apa pun untuknya. Maka,
perkaranya berputar antara mengimani lafazh-lafazh kosong yang tidak memiliki
makna –dan ini adalah metode Salaf menurut anggapannya– dan menetapkan makna
bagi nash-nash tersebut yang menyelisihi makna zhohirnya yang
menunjukkan penetapan sifat bagi Alloh, dan ini adalah metode Kholaf.
Tidak
diragukan bahwa penetapan makna nash-nash itu lebih berilmu dan lebih
bijaksana daripada menetapkan lafazh-lafazh kosong yang tidak memiliki makna.
Oleh karena
itu, orang yang bodoh ini mengutamakan metode Kholaf dalam ilmu dan hikmah atas
metode Salaf.
Perkataan
orang bodoh ini mengandung kebenaran dan kebathilan:
Adapun
kebenaran, adalah perkataannya: “Sungguh madz-hab Salaf lebih selamat.”
Adapun
kebathilan, adalah perkataannya: “Sungguh madz-hab Kholaf lebih berilmu dan
lebih bijaksana.”
Penjelasan
kebathilannya dari beberapa sisi:
Sisi Pertama: Bertentangan
Hal itu
bertentangan dengan perkataannya: “Sungguh metode Salaf lebih selamat.”
Karena
kondisi metode Salaf yang lebih selamat merupakan konsekuensi dari kondisinya
yang lebih berilmu dan lebih bijaksana, sebab tidak ada keselamatan kecuali
dengan ilmu dan hikmah; ilmu tentang sebab-sebab keselamatan, dan hikmah dalam
menempuh sebab-sebab tersebut.
Dengan ini
jelaslah bahwa metode Salaf lebih selamat, lebih berilmu, dan lebih bijaksana,
dan ini merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari bagi orang yang bodoh
tersebut.
Sisi Kedua: Keyakinan
Bathil
Keyakinannya
bahwa Alloh tidak memiliki sifat hakiki yang ditunjukkan oleh nash-nash
ini adalah keyakinan yang bathil.
Karena hal
itu dibangun di atas syubhat-syubhat yang rusak; dan karena Alloh telah
ditetapkan bagi-Nya sifat-sifat kesempurnaan, baik secara akal, indera, fitroh,
maupun syari’at:
Adapun
dalil akal atas penetapan sifat-sifat kesempurnaan bagi Alloh adalah dengan
mengatakan:
Setiap yang
ada di alam semesta ini pasti memiliki sifat: entah sifat kesempurnaan, atau
sifat kekurangan.
Yang kedua
bathil bagi Robb Yang Maha Sempurna dan berhak diibadahi.
Dengan ini
Alloh berdalil atas kebathilan uluhiyyah (hak diibadahi) bagi
berhala-berhala dengan sifat-sifat kekurangan dan ketidakmampuan yang melekat
padanya, yaitu: tidak mendengar, tidak melihat, tidak memberi manfaat, tidak
memberi madhorot (bahaya), tidak menciptakan, dan tidak memberi pertolongan.
Jika yang
kedua bathil, maka yang pertama menjadi pasti, yaitu tetapnya sifat-sifat
kesempurnaan bagi Alloh.
Selain itu,
telah terbukti dengan indera dan pengamatan bahwa makhluk memiliki sifat-sifat
kesempurnaan.
Sedangkan
Alloh adalah yang menganugerahkannya kepada makhluk, maka Pemberi kesempurnaan
lebih pantas memilikinya.
Adapun
dalil fitroh atas penetapan sifat-sifat kesempurnaan bagi Alloh: Karena jiwa
yang selamat diciptakan dan difitrohkan di atas kecintaan, pengagungan, dan
ibadah kepada Alloh.
Dan
tidaklah seseorang mencintai, mengagungkan, dan mengibadahi melainkan orang
yang ia ketahui bahwa Dia disifati dengan sifat-sifat kesempurnaan yang pantas
dengan rububiyyah (kekuasaan menciptakan dan mengatur) dan uluhiyyah-Nya
(hak diibadahi).
Adapun
dalil syari’at atas penetapan sifat-sifat kesempurnaan bagi Alloh: Lebih banyak
dari yang dapat dihitung, seperti firman Alloh:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
“Dialah
Alloh yang tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, Yang
Maha Mengetahui yang ghoib dan yang nampak. Dia Maha Rohman lagi Maha Rohim.” (QS.
Al-Hasyro: 22)
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ
السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ
اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dialah
Alloh yang tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, Raja
Yang Mahasuci, Yang Maha Damai, Yang Memberi Keamanan, Yang Maha Mengawasi,
Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Kebesaran. Mahasuci Alloh dari
apa yang mereka sekutukan.” (QS. Al-Hasyro: 23)
هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ
الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dialah Alloh
Sang Pencipta, Sang Pengada, Sang Pembentuk Rupa, milik-Nya Asma’ul Husna. Apa
yang ada di langit dan bumi bertasbih kepada-Nya. Dan Dia Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.” (QS. Al-Hasyro: 24)
Dan
firman-Nya:
وَلَهُ الْمَثَلُ الأَعْلَى فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
“Dan hanya
bagi-Nya permisalan yang paling tinggi di langit dan di bumi.” (QS. Ar-Ruum:
27)
Dan firman
Alloh:
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ
سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي
يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ
وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَلا يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
“Alloh,
tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, Yang Maha Hidup
lagi Maha Berdiri Sendiri (al-Qoyyum). Dia tidak ditimpa rasa kantuk dan tidak
pula tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Siapa
yang dapat memberi syafa’at di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya? Dia mengetahui
apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, dan mereka
tidak dapat meliputi apa pun dari ilmu-Nya kecuali yang Dia kehendaki.
Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat menjaga
keduanya, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS. Al-Baqoroh: 255)
Dan seperti
sabda Nabi ﷺ:
أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، فَإِنَّكُمْ
لا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلا غَائِباً، إِنَّمَا تَدْعُونَ سَمِيعاً بَصِيراً قَرِيباً؛
إِنَّ الَّذِي تَدْعُونَهُ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَتِهِ
“Wahai
sekalian manusia, berlemah lembutlah terhadap diri kalian, karena sungguh
kalian tidak sedang menyeru Dzat yang tuli dan tidak pula Dzat yang ghoib.
Sungguh kalian menyeru Dzat Yang Maha Mendengar, Maha Melihat, lagi Maha Dekat.
Sungguh Dzat yang kalian seru itu lebih dekat kepada salah seorang dari kalian
daripada leher untanya.” (HR. Al-Bukhori no. 2992)
Selain itu
masih banyak lagi ayat-ayat dan Hadits-Hadits lainnya.
Sisi Ketiga: Tuduhan
Bathil terhadap Salaf
Keyakinannya bahwa metode Salaf hanyalah sekadar mengimani
lafazh-lafazh nash tanpa menetapkan maknanya adalah keyakinan bathil dan
kedustaan terhadap Salaf.
Sungguh kaum Salaf adalah orang yang paling berilmu di
antara ummat tentang nash-nash sifat, baik lafazh maupun makna, dan yang
paling sempurna dalam menetapkan makna-makna yang layak bagi Alloh, sesuai
dengan apa yang dimaksudkan oleh Alloh dan Rosul-Nya.
Sisi Keempat: Sumber Ilmu
Salaf dan Kholaf
Kaum Salaf
adalah pewaris para Nabi dan Rosul. Mereka menerima ilmu mereka dari sumber
risalah ilahiyah dan hakikat keimanan.
Adapun kaum
Kholaf itu, mereka menerima ilmu yang ada pada mereka dari orang Majusi,
musyrikin, dan kesesatan orang-orang Yahudi dan Yunani.
Maka,
bagaimana mungkin pewaris orang Majusi, musyrikin, Yahudi, dan Yunani, serta
anak cucu mereka, bisa lebih berilmu dan lebih bijaksana tentang Nama-Nama dan
Sifat-Sifat Alloh daripada pewaris para Nabi dan Rosul?!
Sisi Kelima: Pengakuan Kholaf
akan Kebingungan Mereka
Kaum Kholaf yang diutamakan oleh orang bodoh ini metodenya
dalam ilmu dan hikmah atas metode Salaf adalah orang-orang yang bingung dan
goncang, karena berpaling dari apa yang dibawa oleh Muhammad ﷺ
berupa bukti-bukti nyata dan petunjuk.
Mereka mencari ilmu tentang makrifat Alloh dari orang yang
tidak mengenalnya, berdasarkan pengakuannya sendiri dan kesaksian ummat atasnya.
Sampai ar-Rozi, yang merupakan salah satu pemimpin mereka, berkata, menjelaskan
akhir dari keadaan mereka:
Akhir
dari langkah akal adalah ikatan,
Dan
sebagian besar usaha manusia adalah kesesatan.
Roh-roh
kami dalam kegelisahan dari jasad kami,
Dan puncak
dunia kami adalah adzab (siksa) dan celaka.
Kami
tidak mengambil manfaat dari penelitian kami sepanjang hidup,
Kecuali
kami hanya mengumpulkan qila wa qolu (katanya dan katanya)
Sungguh aku
telah merenungkan berbagai cara kalam (ilmu teologi) dan manhaj-manhaj
filsafat, tetapi aku tidak melihatnya dapat menyembuhkan orang sakit dan tidak
pula memuaskan dahaga.
Aku melihat
bahwa jalan yang paling dekat adalah metode Al-Qur’an.
Bacalah
dalam hal penetapan:
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Ar-Rohman
di atas ‘Arsy istiwa.” (bersemayam).” (QS. Thoha: 5)
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ
يَرْفَعُهُ
“Kepada-Nya
lah naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal sholih mengangkatnya.” (QS.
Fathir: 10)
Dan bacalah
dalam hal penafian:
كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada
sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.
Asy-Syuro: 11)
وَلا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْماً
“Dan mereka
tidak dapat meliputi-Nya dengan ilmu.” (QS. Thoha: 110)
Siapa yang
mengalami pengalaman seperti pengalamanku, pasti akan mengetahui pengetahuan
seperti pengetahuanku.” [selesai]
Bagaimana
mungkin metode orang-orang yang bingung ini, yang mengakui diri mereka sendiri
sebagai orang yang tersesat dan bingung, bisa lebih berilmu dan lebih bijaksana
daripada metode Salaf, yang merupakan panji-panji petunjuk dan pelita
kegelapan.
Mereka yang
dianugerahi Alloh ilmu dan hikmah sehingga mengungguli pengikut para Nabi
lainnya, yang mencapai hakikat keimanan dan ilmu, yang seandainya dikumpulkan
dengan apa yang didapatkan oleh selain mereka, niscaya orang akan malu untuk
membandingkannya, apalagi menghukumi pengutamaan selain mereka atas mereka?!
Dengan ini
jelaslah bahwa metode Salaf adalah lebih selamat, lebih berilmu, dan lebih
bijaksana.