Misi Orang Kafir Menjauhkan Musliminin dari Kitabullah
Misi Orang Kafir Menjauhkan Musliminin dari Kitabullah
Dari zaman ke
zaman orang-orang kafir terutama Yahudi dan Kristen senantiasa berusaha
menjauhkan umat Islam dari kitab sucinya. Mereka benar-benar mengetahui bahwa
kejayaan dan peradaban umat Islam akan bangkit jika mereka kembali kepada
Kitabullah dengan menghafalnya dan mengkajinya serta menjadikannya sebagai
pedoman hidup. Mereka pun bahu-membahu dengan melakukan makar dan tipu daya
sekuat tenaga, dengan mengalihkan kaum muslimin kepada hiburan-hiburan televisi
(film-film amoral, kartun-kartun yang memuat khayalan tingkat tinggi, liga
dunia sepak bola, dan sebagainya). Bahkan, mereka sudah sejak lama “meracuni”
umat Islam dengan makanan-makanan siap saji yang mereka jual dengan bahan
pengawet, pewarna, dan zat berbahaya lainnya secara berlebihan melebihi kewajaran, sehingga menciderai saraf dan pertumbuhan.
Mereka juga membuat obat-obat dari bahan haram dan hewani untuk dikonsumsi umat
Islam. Intinya, mereka semua bahu-membahu untuk menjauhkan umat Islam dari Al-Quran
dan berusaha merusak akal serta badan mereka. Allâh subhanahu wa ta’ala
seakan membangunkan kita dari kepulasan tidur ini dalam firman-Nya:
«وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآنِ
وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ»
“Dan
orang-orang kafir berkata, ‘Janganlah kalian mendengarkan Al-Quran dan
timbulkanlah kegaduan di dalamnya agar kalian menang.’”[1]
Umat Islam
sekarang telah menjauh dari Al-Quran. Mereka menempatkan Al-Quran di belakang
mereka. Mereka lebih ridha koran daripada Al-Quran. Rasûlullâh ﷺ mengadu kepada Allâh akan umat beliau yang
demikian, agar Allâh subhanahu wa ta’ala berkenan mengentaskan mereka
dari keterpurukan dan kemunduran mereka karena berpaling dari hal ini.
«وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا
الْقُرْآنَ مَهْجُورًا»
“Rasûlullâh
berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran mahjur
(sesuatu yang ditinggalkan).”[2]
Pengaduan
beliau ini yang diabadikan Allâh, tidak lain agar kita selalu mengingat
kesedihan dan kegelisahan beliau lalu bangkit menuju Al-Quran, menuju kejayaan
tinggi dan peradaban mulia di dunia dan akhirat.[]