6 Faidah dalam Perlombaan Pahala
Berlomba dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita. Untuk masuk perguruan tinggi terkemuka, kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana setiap orang ingin dapat yang terdepan. Cita-citanya bagaimana bisa mendapat penghidupan yang bahagia kelak. Namun amat jarang kita perhatikan orang-orang berlomba dalam hal Akhirat. Sedikit orang yang mendapat rahmat Allah yang mungkin sadar akan hal ini.
Cobalah saja perhatikan
bagaimana orang-orang lebih senang menghafal berbagai tembangan ‘nyanyian’ daripada
menghafalkan Al Qur’an Al Karim. Bahkan lebih senang menjadi nomor satu dalam
hal tembangan, lagu apa saja yang dihafal, daripada menjadi nomor satu dalam
menghafalkan Kalamullah.
Di dalam sholat jama’ah
pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang sampai menyerahkan shof
terdepan pada orang lain. “Monggo, Bapak saja yang di depan”, ujar seseorang.
Akhirat diberikan pada orang lain. Padahal shof terdepan adalah shof utama
dibanding yang di belakangnya bagi kaum pria. Demikianlah karena tidak paham
dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan Akhirat sehingga rela jadi yang
terbelakang.
Ayat yang patut
direnungkan bersama adalah firman Allah Ta’ala,
“Berlomba-lombalah kamu
kepada (mendapatkan) ampunan dari Robbmu dan Surga yang lebarnya selebar langit
dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rosul-Rosul-Nya.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-HadÄ«d: 21)
Ada beberapa faedah yang
bisa kita petik dari ayat di atas.
Faedah Pertama
Dalam ayat ini begitu
jelas bahwa Allah memerintahkan berlomba-lomba untuk meraih ampunan dan Surga-Nya.
Asy-Syaukani Rohimahullah
mengatakan, “Berlombalah menjadi yang terdepan dalam beramal sholih yang menyebabkan
datangnya ampunan dari Robb kalian, serta bertaubatlah atas maksiat yang kalian
perbuat.” (Fat-hul QodÄ«r, 7/156)
Syaikh As-Sa’di Rohimahullah
mengatakan, “Allah memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam meraih ampunan
Allah, ridho-Nya, dan Surga-Nya. Ini semua bisa diraih jika seseorang melakukan
sebab untuk mendapatkan ampunan dengan melakukan taubat yang tulus, istighfar
yang manfaat, menjauh dari dosa dan jalan-jalannya. Sedangkan berlomba untuk
meraih ridho Allah dilakukan dengan melakukan amalan sholih dan semangat
menggapai ridho Allah selamanya (bukan sesaat). Bentuk dari menggapai ridho
Allah tadi adalah dengan berbuat ihsan (berbuat baik) dalam beribadah kepada
Sang Khaliq dan berbuat ihsan dalam bermuamalah dengan sesama makhluk dari segala
segi.” (TafsÄ«r As-Sa’dÄ«, hal. 841)
Faedah Kedua
Dalam masalah akhirat
seharusnya seseorang berlomba untuk menjadi yang terdepan. Inilah yang
diisyaratkan dalam ayat lainnya,
“Berlomba-lombalah dalam
kebaikan” (QS. Al-Baqoroh: 148)
“Dan untuk yang demikian
itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthoffifin: 26)
Artinya, untuk meraih
berbagai nikmat di Surga, seharusnya setiap orang berlomba-lomba.
Ibnu Rojab Al-Hambali Rohimahullah
menerangkan, “Para Sohabat memahami bahwa mereka harus saling berlomba untuk
meraih kemuliaan di Surga. Mereka berusaha menjadi terdepan untuk menggapai
derajat yang mulia tersebut. Oleh karena itu, jika di antara mereka melihat
orang lain mendahului mereka dalam beramal, mereka pun bersedih karena telah
kalah dalam hal itu. Inilah bukti bahwa mereka untuk menjadi yang terdepan.” (LathÅiful
Ma’ÄrÄ«f, hal. 428)
Hasan Al-Bashri Rohimahullah
mengatakan, “Jika engkau melihat orang lain mengunggulimu dalam hal dunia, maka
kalahkanlah ia dalam hal Akhirat.”
Wuhaib bin Al-Ward Rohimahullah
mengatakan, “Jika engkau mampu tidak ada yang bisa mengalahkanmu dalam hal Akhirat,
maka lakukanlah.”
Sebagian Salaf
mengatakan, “Jika engkau mendengar ada yang lebih taat pada Allah darimu,
seharusnya engkau bersedih karena telah kalah dalam hal ini.” (Fat-hul QodÄ«r,
7/156)
Faedah Ketiga
“Surga yang lebarnya
selebar langit dan bumi”
Asy-Syaukani Rohimahullah
mengatakan, “Jika lebar Surga saja selebar langit dan bumi. Lantas bagaimanakah
lagi dengan panjangnya.” Demikianlah
luasnya Surga. Namun sedikit yang mengetahui hal ini, sehingga lihatlah sendiri
bagaimana dunia begitu dikejar dibanding Akhirat. Padahal jauh sekali antara
kenikmatan Surga dibanding dunia. Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Sahl bin
Sa’ad As Sa’idi Rodhiyallahu ‘Anhu, Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda,
“Satu bagian kecil nikmat
di Surga lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Al-Bukhori no. 3250)
Faedah Keempat
Modal Surga adalah dengan
beriman pada Allah dan Rosul-Nya. Iman yang dimaksud di sini mencakup iman yang
pokok (ushÅ«lud dÄ«n) dan iman yang di luar pokok agama (furu’). (TafsÄ«r
As-Sa’dÄ«, hal. 841)
Dari sini, berarti bukan
hanya ushulud diin saja yang wajib diimani. Namun pada perkara yang di luar
pokok agama jika telah sampai ilmunya pada kita, wajib pula diimani. Contohnya,
kita punya kewajiban beriman pada hari Akhir secara umum. Namun jika datang
ilmu mengenai perinciannya seperti di antara tanda datangnya Kiamat adalah
munculnya Dajjal, maka ini juga patut diimani.
Faedah Kelima
Seseorang tidaklah
memasuki Surga melainkan dengan rahmat Allah. Sebagaimana pula disebutkan dalam
hadits,
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu
‘Anhu berkata, ia mendengar Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam Surga.”
“Engkau juga tidak wahai Rosulullah?” tanya beberapa Sohabat. Beliau menjawab,
“Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” (HR.
Al-Bukhori no. 5673 dan Muslim no. 2816)
Yang dimaksud seseorang
tidak masuk Surga dengan amalnya adalah peniadaan masuk Surga karena amalan.
Amalan itu sendiri tidak
bisa memasukkan orang ke dalam Surga. Kalau bukan karena karunia dan rahmat
Allah, tentu tidak akan bisa memasukinya. Bahkan adanya amalan juga karena
sebab rahmat Allah bagi hamba-Nya.
Amalan hanyalah sebab
tingginya derajat seseorang di Surga, namun bukan sebab seseorang masuk ke
dalam Surga.
Amalan yang dilakukan
hamba sama sekali tidak bisa mengganti Surga yang Allah beri. Itulah yang
dimaksud, seseorang tidak memasuki Surga dengan amalannya. Maksudnya ia tidak
bisa ganti Surga dengan amalannya. Sedangkan yang memasukkan seseorang ke dalam
Surga hanyalah rahmat dan karunia Allah.
Faedah Keenam
Beriman dan beramal
sholih, itu adalah karunia dan anugerah dari Allah Ta’ala. Sebagaimana hal ini
dapat kita lihat dalam hadits berikut.
Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu
‘Anhu bahwa orang-orang fakir Muhajirin menemui Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam sambil berkata, “Orang-orang kaya telah memborong
derajat-derajat ketinggian dan kenikmatan yang abadi.” Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam bertanya, “Maksud kalian?” Mereka menjawab, “Orang-orang
kaya sholat sebagaimana kami sholat, dan mereka berpuasa sebagaimana kami
berpuasa, namun mereka bersedekah dan kami tidak bisa melakukannya, mereka bisa
membebaskan tawanan dan kami tidak bisa melakukannya.” Maka Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang
karenanya kalian bisa menyusul orang-orang yang mendahului kebaikan kalian, dan
kalian bisa mendahului kebaikan orang-orang sesudah kalian, dan tak seorang pun
lebih utama daripada kalian selain yang berbuat seperti yang kalian lakukan?”
Mereka menjawab, “Baiklah wahai Rosulullah?” Beliau bersabda, “Kalian
bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap habis sholat sebanyak tiga puluh
tiga kali.” Abu Sholih berkata, “Tidak lama kemudian para fuqara’ Muhajirin
kembali ke Rosulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata,
“Ternyata teman-teman kami yang banyak harta telah mendengar yang kami
kerjakan, lalu mereka mengerjakan seperti itu!” Rosulullah Shollallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan
kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya!“ (HR. Muslim no. 595)
Asy-Syaukani Rohimahullah
mengatakan, “Seorang hamba dilebihkan dari yang lainnya sesuai dengan kehendak
Allah. Tidak ada yang mungkin dapat menghalangi pemberian Allah dan tidak
mungkin ada yang dapat memberi apa yang Allah halangi. Ketahuilah bahwa
kebaikan seluruhnya berada di tangan-Nya. Allahlah yang benar-benar Maha Mulia,
Maha Pemberi dan tidak kikir.” (Fathul QodÄ«r, 7/157)
Semoga di Romadhon ini,
kita bisa berlomba dalam kebaikan dan mengalahkan orang-orang dengan istighfar,
tilawah, Tarowih, sedekah, dan amal sholih lainnya. Amin.
Allahu a’lam.[]
Referensi: rumaysho.com
dan lainnya.